Minggu, 23 Januari 2011

Munuling (Panen Padi)

Munuling adalah bahasa gayo takengon yang berarti panen padi, biasanya panen padi di lakukan enam bulan sekali setelah menanam pastinya. dari cerita munuling ini saya rasa kita akan mendapatkan kesimpulan tentang persatuan dan kesatuan di masa dulu dan di masa sekarang mana yang lebih baik saya rasa dapat diambil makna yang positif.
 Salah satu mayoritas kampung halaman saya adalah petani padi, tau ga sangat besar persatuan dan kesatuan mereka dalam kehidupan sosial mereka, saling tolong menolong, toleransi antar sesama, semuanya terbukti dalam panen padi ini (MUNULING). nah di saat waktu ini sudah tiba setiap masyarakat akan berkumpul dan membagi jadwal pemanenan tempat siapa yang terlebih dahulu itu semua terjalin dengan musyawarah. biasanya ini di adakan di masjid atau mushalla terdekat selekas shalat berjama'ah. Ini semua di ketuai oleh para sesepuh kampung atau di sebut gecik, kepala desa, serta stap-stap yang lainnya dan tidak lupa pula ahli dalam agama yang di segani yaitu Imum kampung. disini akan mendiskusikan semuanya. untuk menentukan kemana terlebih dahulu maka semua di adakan dengan poting atau pilihan pengambilan kupon yang di sahkan oleh kepala desa dan imum. setelah musyawarah ini selesai selanjutnya masyarakat akan di kumpulkan keesokan paginya untuk berkumpul di sawah yang sudah di sepakati sebelumnya.
Untuk para kaum hawa di khususkan untuk bagian Munulingnya atau memanen padi menjadi sebuah RADEN, seikat padi yang di letakan di atas tungkunya atau batangnya yang di sebut dengan BEBELEN secara bersama-sama atau berbaris dengan sebuah alat yang berbentuk pisau tetapi melengkung seperti huruf C yang bergerigi kecil-kecil yang kami sebut dengan SEDEP. nah tradisi di sini para kaum hawa biasanya sering menggosip sambil bekerja kadang-kadang dari mulut mereka terdengar teriakkan AHOY WIW  kalau kalian tanya artinya sampai sekarang saya ga tau apa. kecekatan, kecepatan tangan mereka memotong padi seperti berlomba dan selalu sama, sebaris, seimbang, dan tidak pernah ada yang mendahului.
tugas kaum adam padi yang sudah di potong di angkat menggunakan goni yang di sampingnya di ikat dengan bambu, caranya padi di atur satu persatu disusun di atas goni, setelah mencukupi ikat padi (raden) angkat ke atas kepala dan siap untuk di antar ketempatnya ini di namakan dengan BINUH. tempat untuk raden adalah rumah kecil yang beratapkan SUPU SERULE atau yang biasa di buat untuk atap sebuah gubuk, tempat ini di sebut dengan SELADANG.
Setelah semuanya siap untuk malam harinya kaum adam masih kebagian tugas untuk menjaga Seladang agar tidak kemalingan, ataupun berjaga kalau ada atap yang bocor. biasanya malam ini sangat di tunggu oleh pemuda-pemuda setempat kenapa karena malam ini bisa kita katakan malam Jedah, makanan, minuman, alat-alat musik tarian serta api unggun cukup menghapus lelahnya aktivitas sebelumnya. nah untuk bagian berjaga disini akan di bagi-bagi siapa yang tidur terlebuh dahulu setelah dalam beberapa jam bergantian disini sangat terjalin ke sportifitasannya.
Ke esokan harinya ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda-pemudi, semuanya bergabung di seladang tempat raden sebelumnya dengan membawa karung goni, kayu-kayu, keranjang yang terbuat dari rotan, atau ember, tapi tempat memilih padi, tikar, yang sebelumnya sudah di bagi siapa-siapa di antara mereka yang menyiapkan alatnya dilakukan dengan musyawarah. kegunaan dari alat-alat di atas akan saya jelaskan di bawah ini:
  1. Karung Goni untuk tempat padi yang sudah jadi.
  2. Kayu-kayu untuk menjadi tongkat bagi petugas pengambilan padi dari raden dengan cara di pijak-pijak secara bersamaan, oya padi bersifat sensitif jika ada tekanan dia akan jatuh dari batangnya. ini di lakukan oleh para ahlinya.yang di sebut dengan NEJEK
  3. Ember atau keranjang berguna untuk mengambil ampas-ampas padi yang kosong atau tak berisi beras menggunakan angin yang berhembus nah ini di sebut dengan NANGIN
  4. Tapi sejenis ayakan untuk memilih yang mana padi yang bagus atau sisa-sisa ampas yang masih ada. 
  5. Tikar untuk tempat padi yang belum di masukkan kedalm karung.
semua masyarakat yang ikut serta kebagian tugasnya, hal yang sebenarnya susah dan memakan waktu yang lama akhirnya terasa mudah karena di lakukan secara bersama-sama.
Setelah semua padi sudah dalam Karung goni, selanjutnya mengangkut padi ke tempat penyimpannya aktifitas ini di sebut dengan NUYUH oiya hampir lupa tempat penyimpanan padi ini di sebut dengan KEBEN.
Keben sejenis rumah berbentuk kubus yang beratap didalamnya tempat penyimpanan padi yang sudah di panen tetapi belum menjadi beras. selesai sudah semuanya tinggal urusan keluarga atau ibu rumah tangga lagi untuk menjemur padi, dan di giling untuk menjadi beras, ke tempat penggilingan yang berbentuk roda menggunakan tenaga air atau kaki disebut dengan JINGKI RODA. jadilah beras baru yang putih, enak, nikmat dan terasa puas karena semua berjalan sempurna keringat jerih payah semuanya terbalas dengan hasil yang memuaskan. oya sebagian beras yang jadi di berikan Zakat yang di sebut dengan Zakat Mal, selebuhnya di bagikan pada masyarakat sekitar. asyik bukan kita bisa mencicipi hasil dari sawah-sawah semuanya. karena berbagi itu indah.


begitulah masyarakat ku Zaman dulu dan sedikit banyaknya sudah pernah saya alami, kini semuanya hilang karena adanya tehnologi baru. jujur hati ini meras sedih dan rindu akan semua yang terjadi dulunya. dan menginginkan semuanya terulang kembali apa mau di kata kehidupanmasyarat semaikin Modern dan mudah jadi semuanya bersifat individu. kemana kah masyarakat ku yang tolong-menolong, saling bermusyawarah, toleransi dan sosial yang tinggi. yang BERSATU, SEBAHU, SEJAJAR, DAN SEDERAJAT.

BEBERU ZAMAN

BEBUJANG ZAMAN

BEBUJANG SENI


Selasa, 11 Januari 2011

PERUWEREN ( Kandang Untuk Kerbau)

google com
Hai dah lama ni ga pernah postingan lagi, biasa lagi banyak kegiatan sambil belajar jadi pengusaha hehehe. ngomong-ngomong saya punya cerita ni masalah peruweren ( kandang kerbau) bisa di bilang dulu kami sering mengembala kerbau dari pagi ampe sore sambil menenteng sebatang kayu ranting, dan rantang kecil di sebelah kanan yah maklum lah dulu ga sama kayak sekarang, dulu anak-anak umur 12 tahun kebawah permainnanya cuman ke laut, kebun, atau sawah kadang-kadang aja ke kota itu pun cuman bantu orang tua belanja, ngekor sana ngekor sini selalu saja di belakang orang tua. di kota Takengon termaksud desa pada area pesawahan seperti kampung kelahiran saya ada beberapa pendapatan masyarakatnya seperti Kopi, padi, Ikan dan Kerbau.

Sekarang kan lagi cerita masalah kerbau ni, yang berperan di sini adalah ikram si pengembala kerbau, Nawir, saya dan orang tua dari si ikram. Ikram adalah seorang anak yang sangat tekun dalam membantu orang tuanya, baik, rajin, serta kuat dalam urusan hal apapun itu. Nawir adalah seorang anak yang bandel tapi baik, lucu dan serba aneh.

Ikram sering mengajak saya membantu dia untuk mengembala kerbaunya sembari menemaninya di saat dia lagi sendiri di perkebunan rumput hijau tempat kerbaunya mencari makan. pada suatu hari ikram menjemput saya dengan mengendarai sepeda tua milik bapaknya saat itu saya yang lagi duduk-duduk sambil menjaga kedai kecil, tertidur pulas di sofa tua milik ayah. Tiba-tiba ikram datang mengejutkan saya dengan suara besarnya ( wei uwet ) tetapi melemparkan kaleng ronsokan ke lantai. otomatis saya terpelanting lompat siap untuk memasang jurus. si Ikram ketawa cengengesan  sambil menutup mulutnya karena takut kalau saya marah. dia berncana mengajak saya untuk ke kandang kerbau miliknya, tanpa pikir panjang saya ikut tiba-tiba di jalan jumpa dengan salah satu kawan yang lagi memperbaiki rantai sepedanya yang lepas( nawir). yah mumpung dia juga ga da kerjaan kami ajak aja ke bebuli tempat kandang kerbau yang di tuju, sesampainya di san rupanya sang ayah dari si ikram sudah duluan sampai sejak tadi pagi yang asyik memperbaiki kandang atau pagar-pagar tempat batas kerbau milik si ikram, dengan ikatan kain sarung di kepala dan ikatan golok di pinggang. sambil mengatakan,,, Nge sawah kam??? ( dah nyampe kalian) tangkuhen nye koro oo mai ku paloh ho... ( keluarkan kerbaunya bawa ke bawah)

dengan bergegas kami mengeluarkan kerbau yang berjumlah kira-kira 13 ekor sambil memegang senjata andalan masing-masing, sebenarnya yang membuat semua ini seru adalah ketia kita menaiki kerbau tersebut, hal yang menarik adalah ada beberapa andalan untuk menjinakkan kerbau yang ingin kita naiki
serambi news
  1. menggirik belakangnya atau tepat di bawah ekornya sambil bernyanyi ( riggirik...riggirik sebanyak mungkin sebenarnya sih kalu di pikir-pikir ga da masalah)
  2. naik secara langsung melompat dari sebelah kanan 
  3. naik lewat tumit belakang 
  4. jika sudah jinak sekali dari tanduk juga bisa
  5. ketika sudah naek usahakan kerbau terasa nyaman karena takut kerbaunya bisa lari


serambi
di perjalanan menuju kebun rumput banyak hal-hal yang lucu yang terjadi salah satunya kawan kita si nawir sempat memanggil orang tua dalam perjalannannya. maksudnya begini ketika masing kerbau sudah kami naiki si nawir menaiki kerbau jantan yang kadang-kadang kembang kadang-kadang kuncup. sebenarnya kami dah tau kalau kerbau itu sifatnya agak aneh tapi si nawir maksaain mau nunjukan kehebatannya menungganginya. seketika dengan sombongnya dia bangga bisa menungganginya tiba-tiba terlintas di otak kecil saya unutuk ngerjainnya. saya turun dari kerbau sebelumnya dan sembunyi-sembunyi di belakang si nawir yang lagi asyik memakan tebu yang sebelumya kami ambil dari pinggiran jalan yang hidup sendiri. saya colokan burit kerbau yang di naikinya dengan kayu andalan saya seketika kerbau itu lari terbirit-birit sambil terelanting layaknya seekor banteng yang lagi marah. maaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk suara si nawir menjerit. yah saya beseta ikram selain ketawa apa lagi yang bisa kami buat. kami ketawa terbahak-bahak tanpa ada hambatan.....hahahhahahahahahahah
kayaknya udahan dulu ya entar kita sambung lagi dah ceritanya oke... maaf atas segalanya