Sabtu, 08 Agustus 2015

Keberadaan Media

Seketika itu menapsir kata tak kunjung di kata meratap hati kutulis ini penyambung kata laksana hati lagi gembira. memang mungkin sudah lama tak menjejaki dayung sampan hilang kembali kini kuganti dengan si kayu jati sedikit samudra telah kulewati.

Di bulan puasa ini saya pernah mencoba beralih profesi menjadi tukang server televisi, awalnya sih bantu-bantu abang sepupu sekalian mencoba mencari kesibukan di bulan puasa, mikirnya sih dari pada tidur menjadikan puasa makruh kan jadi ga berkah. sedikit banyaknya saya tau apa yang menjadikan tukang server televisi itu betah dalam tugasnya. yang membuat saya heran kenapa hampir setiap hari televisi orang ada aja yang rusak, macam-macam tu penyakitnya ada yang mati total ga hidup lagi di ibaratkan pada manusia sudah kronis, ada yang bergaris tengah katanya sih horizontal nama penyakitnya, terus ada yang suaranya ga jelas atau bahkan ga bersuara sama sekali, jenis penyakitnya ini bisa dikatakan sama dengan manusia. jadi menurut siabang setelah saya tanyakan, katanya bengkel ini sama aja dengan rumah sakit, hampir semua orang di zaman sekarang punya yang namanya media televisi bahkan setiap hari pasti ada aja yang rusak kalau manusia ada aja yang sakit.

televisi sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia selain beras dan lauk pauk, tanpa kita sadari media ini telah mengambil sedikit dari kebutuhan hidup kita. dalam sehari setidaknya kita meluangkan waktu untuk berada di depan media ini antara 1 sampai 2 jam, "bahkan ada beberapa pengunjung yang datang mengatakan kalau di rumahnya tidak ada televisi rasanya seperti sepi, atau bahkan tidak semangat utuk hal apapun bikin pusing khususnya tuk anak-anak banyak yang rewel ga jelas kadang pigi tu nonton ke tetangga sebelah begitu katanya". kebayang ga seberapa besar berarti kebutuhan media ini pada manusia.

yang jadi pertanyaan kenapa sih begitu pentingnya media ini, bukankah kita yang membuat media ini terus kenapa media ini yang mesti mengatur kehidupan kita. begitu pentingkah televisi bagi manusia, yang di dalamnya hanya ada dunia khayal, gosip, pembunuhan, pembantaian, KDRT, bahkan lelucon. apa lagi di indonesia, banyak Film-film yang sama sekali jauh dari khayalan manusia yang di ciptakan dan di tampilkan.

seberapa jauhkah kita tenggelam dalam hal kecil ini, yang sebenarnya bukan apa-apa tapi malah jadi derita yang awalnya hanya untuk hiburan sekarang malah jadi kebutuhan. bahkan sekarang hampir ada lagi ni kebutuhan baru handpone, laptop, sepeda motor, mobil dan banyak lagi kebutuhan yang lainnya.

mari sama-sama mencoba atau menggantikan kebutahan media ini dengan membaca masih banyak mamfaat bahkan mungkin banyak tercipta profesor-profesor, insinyur, bahkan ahli-ahli dalam bidangnya. karena masih banyak anak-anak kita yang tertinggal dalam membaca. mereka hanya lebih mengenal kapan di tayangkannya Film kesukaan mereka tapi malah kebanyakan lupa kapan mereka akan belajar. 

catatan saya "mari mencoba menggunakan elektronik itu semana mestinya dan jangan jadikan sebagai penyakit hidup khususnya kebutuhan diri, tingkatkan jiwa belajar dan keterampilan untuk anak agar menjadikan indonesia tidak telalu jauh tertinggal dengan negara lain" salam Hary_Arijoba