ibarat rumah tak berpenghuni, ibarat hati tak berisi ibarat roti tak ada selainya atau apalah julukan yang bagus untuk blog ary ni.
Oya untuk mengisi kekosongan ry pengen cerita ni tentang pengalaman cinta seorang peseni muda di gubuk kecil yang hanya mengandalkan perasaan cinta tapi tidak mengandalkan harta dan kekayaanya. Sebut saja namanya Win. Win adalah seorang pencari rongsokan di tengah-tengah pinggiran kota, saya sebut sebelumya di atas sebagai seorang peseni muda dia sangat menggemari dan sering menciptakan syair-syair dari seni Tradisional Gayo yaitu syair didong. Didong adalah sebuah kesenian tradisional musik Gayo (Aceh Tengah) yang biasa di selenggarakan dalam acara pernikahan, peresmian, dan acara-acara resmi lainnya.
Dalam jejak-jejak langkah Win mencari rongsokan selalu membenamkan perasaannya pada seorang gadis muda berpakaian deriktur yang kerja di sebuah BANK terdekat di kota musara alun yang bertempat tidak jauh dari gubuk kecil win. Gadis ini kita beri nama Ipak, sosok seorang Ipak adalah seorang muslim tulen berjelbab merah berpakaian simpel dan selalu bersikap sederhana tidak terlalu sombong. Semenjak ipak bekerja di tempat ini si win selalu memeluangkan diri untuk mencari rongsokan di sekeliling gedung itu. Yang sangat mengharapkan senyum sipu dari ipak, singkat cerita si win memberanikan diri untuk menggoda ipak yang lagi duduk di kantin terdekat pada jam istirahat. Dengan senyum sipu seorang pemulung sapaan itu tidak di hiraukan oleh ipak yang lagi duduk dan cerita serius dengan kawan-kawan sekantornya. Dengan perasaan haru dan sedih si win kembali mengambil ronsokan di tempat lainnya, dengan pikiran galau dia kembali ke tempat penginapan kecilnya sambil merenungi nasib dan menyalahkan diri sendiri kenapa dengan dirinya apa salah dia kepada ALLAH yang maha kaya haruskah semua itu di jalaninya. Sambil membenamkan hati yang sedih dan lelahnya, dia terlelap dalam tidurnya.
Keesokan harinya dia membuat sebuah syair tentang kegelisahan hatinya itu ke dalam sebuah kertas tua yang dia dapat hasil pungutan dia saat itu, serta sebuah pen pinjaman dari satpam gedung tersebut yang memang berkenal baik dengan si win. Dengan kata-kata yang di atur sedemikian bagusnya syair ini pun jadi dan sangat bagus. Tak lama kemudian dia membaca sebuah pengumuman yang di pajang di pinggir jalan besar bahwa akan di adakan sebuah pertandingan didong sekabupaten aceh tengah yang bertempat di depan lapangan kantor bupati. Win sangat berniat untuk melantunkan syair didongnya di saat itu. Seketika dia kembali dengan perut yang kosong lekas untuk mebersihkan diri dan mengharap syair itu bisa di lantunkannya di depan panggung besar itu.
Malam pun tiba begegaslah win pergi untuk menyaksikan pertandingan didong ini yang saat itu lagi berlangsung beberapa menit win terlambat, wajar saja karena wen cuman mengandalkan telapak kaki untuk berjalan sedangkan orang mengandalkan 2 roda atau 4 roda yang mereka tunggangi setiap hari. Sesampai di sana pertandingan antara masing-masing regu sudah di mulai antara regu kabupaten silihnara dengan regu kabupaten bebesen asli yang masing-masing punya nama tersendiri. Dari himpitnya warga yang menonton win memaksakan diri untuk menjumpai pesair regu bebesen asli dan memberikan syairnya untuk dinyanyikan dengan suka rela. Tak di sangka ternyata vokal atau di katakan Ceh dalam regu tersebut. Menginginkan win yang menyanyikan syairnya sendiri di depan orang banyak, awalnya win menolak tapi karena paksaan seorang ceh akhirnya dia mau unrtuk melantunkannya. Setelah giliran regu bebesen asli di mulai win yang pertama membuka dengan syairnya yang dia tulis beberapa hari
Nasib Ni Tubuh Selangke
Ama ine
|
itingna berjuna (pajangan) |
|
Mokot nge taring aku wan dunie
Seserengku murip wan tubuh nge tue
Gere tebeles jasa ama rum ine
Mehat doa kin penenang ni ate
Ike ku engi aku mungadu
Tubuh rema ku kin bebayang ni ulen
Ku sa die ku hempasen ate nge karu
Sinsim I pumu kin penemahe puren
Woo ama woo ine kekale ni atengku
Seren ku atu atu pe mu pecah
Seren ku kayu kayu pe mu rebah
Beta bang tuah ku atas diringku
Ike letih ku raupen salak ku
Ike sakit ku sapun lauh ku
Ike temas keta kekendiringku
Beta bang nong murip ku
Ike mukale rum emun siliwet
Mehat ku panang ku baur si ijo
ike mukale ku bunge si kecut
ku tulis kekata wan tape nge bercut
sebelum acara ini berlangsung. Semua orang terkesima mendengar suara win dan bentuk kata-kata yang dia tulis, tepuk tangan dari para penonton menggemuruh begitu banyaknya. Salut malut penonton untuk pemulung muda ini mengasilkan begitu banyak acungan jempol. Lagu-lagu atau syair yang di ciptakan win sendiri yang menceritakan tentang dirinya, nasibnya, dan kehidupannya yang lalu lantak tak tau kemana arah dan tujuannya yang setiap harinya cuman memikirkan sesuap nasi untuk hidupnya. Da akhirnya si ceh dari bebesen asli ini menginginkan win untuk bertempat tinggal di rumahnya yang memang saat itu lagi kosong dan tak berpenghuni, rumah kontrakan ceh yang sudah lama tidak di sewakannya, win sangat bahagia dengan tawaran itu.
Keesokan harinya win meninggalkan gubuk kecil kesayangannya dan menangis tersedu-sedu meninggalkannya seakan dia tidak rela untuk meninggalkan rumahnya ini. Tapi demi perubahan dia lekas pergi dan tinggal di tempat kontrakan si ceh ini berasal, sambutan hangat dari ceh pun terhadap win sangat bekesan. Ceh ini sangat baik bahkan dia memberikan sebuah pekerjaan untuk si win yang mengelola kebun kecil milik ceh yang tak jauh dari rumah yang di tempatinya sekarang. Sekarang dia menyadari kebesaran Maha ESA kepadanya dia menganggap semua ini mukzizat yang di berikan atas kesabarannya dalam menjalani hidupnya.
Nah kembali lagi ni ke cerita ipak, tak di sangka dan tak di duga ipak ini adalah anak dari ceh yang mengangkat win dari seorang budak menjadi seorang pekebun saat itu. Atas kebesaran ALLAH ceh menginginkan win menjadi calon suami dari ipak. Dan menyuruh win untuk segera melamar ipak, dalam kesehartian win di saat berada di rumah tersebut ternyata ipak sendiri yang kembali menyimpan perasaan untuk si win yang sangat gigih ini. Perputaran cerita yang sangat menarik akhirnya mereka hidup bahgia selamanya. Endingnya belum jelas karena kepepetan waktu entar kita sambung lagi…
Cerita yang sangat amburadul tapi begitulah kehidupan orang-orang yang selalu bersabar seorang pemulung menjadi seorang pesyair, seorang pesyair ingin menjadi istri seorang pelajar, dan pesyair sekarang menjadi pekebun tulen, dan semua yang dia impikan menjadi kenyataan, agak sedikit kuno tapi ini adalah luapan inspirasi tersendiri.
Catatan:
- Win : nama panggilan untuk laki-laki
- Ipak : nama panggilan untuk perempuan
- Ceh : seorang ketua regu dari sebuah gerup musik
- Silihnara : nama sebuah perkampungan di kabupaten aceh tengah
- bebesen asli : nama sebuah perkampungan di kabupaten aceh tengah
|
google crome |