Beberapa bulan kemudian
secara bersamaan padi akan tumbuh secara serentak penumbuhan benih-benih kecil
kini menjadi dewasa dan berbuah saatnya aktivitas masyarakat kembali ke
seputaran sawah yaitu sebagai berikut:
Para masyarakat akan
membangun benteng pertahanan di seputaran sawah mereka atau gubuk-gubuk kecil
(pemantaren) untuk tempat berteduh mereka dengan lawan utama mereka para
penjarah-penjarah padi yaitu tikus, ular, keong emas, belut perusak batas
sawah, burung pipit pemakan padi, atau sejenis hama-hama lainnya. aktivitas ini
sering disebut dengan (Miyo). Senjata utama mereka adalah sebuah bendera
pengusir sejenis samapore dalam pramuka, kincir angin yang berbunyi, dan
orang-orangan sawah (tetakut).
Proses ini cukup lama
sampai padi siap untuk di panen, pemotongan padi ini atau panen padi (munoling)
juga dilakukan secara berkelompok (manganlo) bergantian antara sawah satu
dengan sawah keluarga lainnya. Alat yang di gunakan adalah babatan padi
(sedep), sejenis golok tapi berbentuk melengkung memang di khususkan untuk
pemotongan padi.
Setelah pemotongan padi
ini selesai sekarang pengangkatan padi ke tempat yang telah di sediakan tempat
ini sering di sebut dengan (seladang), aktivitas pengangkatan padi ini di sebut
dengan (menuh). Proses pencabutan buah padi ini di kerjakan secara bersama-sama
di seladang yang telah di sediakan sebelumnya pemisahan buah padi dari
batangnya di sebut dengan (mujaik) yaitu di lakukan dengan menggunakan tenaga
kaki secara berkelompok, hasil yang di peroleh di bagi-bagikan kepada wanita
atau beberu gayo yang memisahkan padi yang kosong dengan padi yang berisi
menggunakan (Niyu) atau sejenis keranjamg buatan tapi berbentuk lebar tidak
berbentuk bulat tapi lonjong seperi telur yang terbelah. Di sinilah seni
persawahan ini di rasakan ada masing-masing bekerja sambil bercerita tanpa ada
rasa lelah karena laki-laki siap dengan kopi serta cerutunya begitu juga wanita
siap dengan gosipnya masing-masing kadang-kadang timbul suara yang menggema
dari masing-masing kelompok dengan teriak kan (ahoyy wiww). Semangat mereka
kembali seperti semula.
Pemisahan padi kosong
dengan padi yang berisi menggunakan tenaga angin atau disebut dengan (nangin),
yang mana padi yang berisi jatuh terdekat di seputarannya adalah yang berisi sedangkan
yang kosong akan jatuh jauh dari pemiliknya. cerdas bukan bayangkan kalau kita
pilih satu-satu bisa mumet kepala, dan bisa tepelekok tu tangan. Selanjutnya
hasil yang di peroleh di masukaan kedalam goni-goni kecil yang siap di antar ke
lubuk padi (keben) tempat penyimpanan padi di seputaran desa, secara bersamaan
aktivitas ini di sebut dengan (Nunyuh).
Pengolahan padi menjadi
beras, proses pertama adalah penjemuran padi di rentangkan di seputaran
lapangan besar yang kadang-kadang di ratakan atau di bolak-balik padinya
menggunakan tangan (tempik). Selesai penjemuran ini maka di kembalikan kembali
ke goni-goni kecil yang akan di bawa untuk pengolahan padi menjadi beras di
tempat pengolahannya (ngakut). Tempat pengolahan padi menjadi beras sering di
sebut dengan (Roda) yaitu alat atau mesin yang menggunakan tenaga air. Nah kini
beras siap untuk disajikan, dengan lahapan yang sederhana dan hasil yang
memuaskan beras baru (oros ayu).
Itulah sedikit bayangan
pengolahan padi menjadi beras di seputaran Gayo Aceh Tengah terjadinya
persatuan dan kesatuan terjalin akibat dari aktivitas masyarakatnya sendiri.
Padi ku harta ku, sawah ku negeri ku, masyarakatku sahabatku terima kasih
assalamualaikum Wr.Wb.
Sumber : ibunda Asmara
murni Inen Niza, Ayahanda Hidayat Syah B.A aman Niza, almarhumah Hasnah nenek
tercinta.
Penulis : Hary Arijoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar